Sabtu, 19 Januari 2019

PROSEDUR KONSELING
“GESTALT”

NO
TAHAPAN KONSELING
KETERLAKSANAAN
YA
TIDAK

TAHAP PERTAMA 
( the beginning phase )
o   konselor mengembangkan pertemuan konseling, agar tercapai situasi yang memungkinkan perubahan-perubahan yang diharapkan pada konseli..
o   Pola hubungan yang diciptakan untuk setiap konseli berbeda, karena masing-masing konseli mempunyai keunikan sebagai individu, serta memiliki kebutuhan yang bergantung kepada masalah  yang harus dipecahkan.

TAHAP KEDUA
konselor berusaha meyakinkan dan mengkondisikan konseli untuk mengikuti prosedur yang telah ditetapkan sesuai dengan kondisi konseli.

TAHAP KETIGA
·         konselor mendorong konseli untuk menyatakan perasaan-perasaannya pada saat ini, bukan menceritakan pengalaman masa lalu atau harapan-harapan masa datang.
·         Konselor berusaha menemukan celah - celah kepribadian atau aspek-aspek kepribadian yang hilang,  dari sini  dapat ditentukan apa yang harus dilakukan.

TAHAP KEEMPAT
·         Konseli telah memperoleh pemahaman dan penyadaran tentang dirinya, tindakannya, dan perasaannya, maka sampai pada fase akhir.
·         Konseli menunjukkan ciri-ciri yg menunjukkan integritas kepribadiannya sebagai individu yang unik dan manusiawi.





TAHAP- TAHAP KONSELING :

Tahap- tahap Konseling yang digunakan Gestalt sebagai berikut :

1)      Tahap pertama (the beginning phase)
Pada tahap ini konselor menggunakan metode fenomenologi untuk meningkatkan kesadaran konseli, menciptakan hubungan dialogis mendorong keberfungsian konseli secara sehat dan menstimulasi konseli untuk mengembangkan dukungan pribadi (personal support) dan lingkungannya (Joyce & Sill 2001 dalam Safaria 2005,p.84-85).

2)      Tahap kedua (clearing the ground)
Pada tahap ini proses konseling berlanjut pada strategi-strategi yang lebih spesifik. Konseli mengekplorasi berbagai introyeksi, berbagai modifikasi kontak yang dilakukan dan unfinished business. Peran konselor adalah secara berkelanjutan mendorong dan membangkitkan keberanian konseli mengumgkapkan ekspresi pengalaman dan emosi-emosinya dalam rangka katarsis dan menawarkan konseli untuk melakukan berbagai eksperimentasi untuk meningkatkan kesadarannya, tanggung jawab pribadi dan memahami unfinished business.

3)      Tahap ketiga (the existential encounter)
Pada tahap ini ditandai dengan aktivitas yang dilakukan konseli dengan mengeksplorasi masalahnya secara mendalam dan membuat perubahan-perubahan yang cukup signifikan. Tahap ini merupakan fase tersulit karena pada tahap ini konseli menghadapi kecemasan-kecemasannya sendiri, ketidak pastian dan ketakutan-ketakutan yang selama ini terpendam dalam diri. Selain itu, konseli menghadapi perasaan terancam yang kuat disertai dengan perasaan kehilangan harapan untuk hidup yang lebih mapan. Pada fase ini konselor memberikan dukungan dan motivasi berusaha memberikan keyakinan ketika konseli cemas dan ragu-ragu menghadapi masalahnya (Joyce&Sill 2001 dalam Safaria 2005,p.86-87).

4)      Tahap keempat (integration)
Pada tahap ini konseli sudah mulai dapat mengatasi krisis-krisis yang dieksplorasi sebelumnya dan mulai mengintegrasikan keseluruhan diri (self), pengalaman dan emosi-emosinya dalam  perspektif yang baru. Konseli telah mampu menerima ketidak pastian, kecemasan dan ketakutannya serta menerima tanggung jawab atas kehidupannya sendiri.

5)      Tahap kelima (ending)
Pada tahap ini konseli siap untuk memulai kehidupan secara mandiri tanpa supervisi konselor.

TEKNIK- TEKNIK KONSELING :
a.    Eksperimen
b.    Memaknakan mimpi
c.    Bermain peran
d.   Melatih kepekaan terhadap pesan tubuh
e.    Kelompok
f.     Permainan dialog
g.    Latihan saya bertanggung jawab
h.    Bermain proyeksi
i.      Tekhnik pembalikan
j.      Tetap dengan perasaan
k.    Urusan yang tak selesai
l.      “saya memiliki suatu rahasia”
m.  Permainan ulangan




trimakasih atas perhatiannya. semoga bermanfaat dan barokah. salam dari zulfillaily :)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar