PROSEDUR
KONSELING
“GESTALT”
NO
|
TAHAPAN
KONSELING
|
KETERLAKSANAAN
|
|
YA
|
TIDAK
|
||
|
TAHAP
PERTAMA
( the beginning phase )
o konselor mengembangkan pertemuan
konseling, agar tercapai situasi yang memungkinkan perubahan-perubahan yang
diharapkan pada konseli..
o Pola
hubungan yang diciptakan untuk setiap konseli berbeda, karena masing-masing
konseli mempunyai keunikan sebagai individu, serta memiliki kebutuhan yang
bergantung kepada masalah yang harus dipecahkan.
TAHAP
KEDUA
konselor berusaha meyakinkan dan mengkondisikan konseli
untuk mengikuti prosedur yang telah ditetapkan sesuai dengan kondisi konseli.
TAHAP KETIGA
·
konselor mendorong konseli untuk menyatakan
perasaan-perasaannya pada saat ini, bukan menceritakan pengalaman masa lalu
atau harapan-harapan masa datang.
·
Konselor berusaha menemukan celah - celah kepribadian atau
aspek-aspek kepribadian yang hilang, dari sini dapat ditentukan
apa yang harus dilakukan.
TAHAP
KEEMPAT
·
Konseli telah memperoleh pemahaman dan penyadaran tentang
dirinya, tindakannya, dan perasaannya, maka sampai pada fase akhir.
·
Konseli menunjukkan ciri-ciri yg menunjukkan integritas
kepribadiannya sebagai individu yang unik dan manusiawi.
|
|
|
TAHAP- TAHAP KONSELING :
Tahap- tahap Konseling yang digunakan Gestalt sebagai berikut :
1) Tahap pertama (the beginning phase)
Pada
tahap ini konselor menggunakan metode fenomenologi untuk meningkatkan kesadaran
konseli, menciptakan hubungan dialogis mendorong keberfungsian konseli secara
sehat dan menstimulasi konseli untuk mengembangkan dukungan pribadi (personal
support) dan lingkungannya (Joyce & Sill 2001 dalam Safaria 2005,p.84-85).
2) Tahap kedua (clearing the ground)
Pada
tahap ini proses konseling berlanjut pada strategi-strategi yang lebih
spesifik. Konseli mengekplorasi berbagai introyeksi, berbagai modifikasi kontak
yang dilakukan dan unfinished business. Peran konselor adalah secara
berkelanjutan mendorong dan membangkitkan keberanian konseli mengumgkapkan
ekspresi pengalaman dan emosi-emosinya dalam rangka katarsis dan menawarkan
konseli untuk melakukan berbagai eksperimentasi untuk meningkatkan
kesadarannya, tanggung jawab pribadi dan memahami unfinished business.
3) Tahap ketiga (the existential encounter)
Pada
tahap ini ditandai dengan aktivitas yang dilakukan konseli dengan
mengeksplorasi masalahnya secara mendalam dan membuat perubahan-perubahan yang
cukup signifikan. Tahap ini merupakan fase tersulit karena pada tahap ini
konseli menghadapi kecemasan-kecemasannya sendiri, ketidak pastian dan
ketakutan-ketakutan yang selama ini terpendam dalam diri. Selain itu, konseli
menghadapi perasaan terancam yang kuat disertai dengan perasaan kehilangan
harapan untuk hidup yang lebih mapan. Pada fase ini konselor memberikan
dukungan dan motivasi berusaha memberikan keyakinan ketika konseli cemas dan
ragu-ragu menghadapi masalahnya (Joyce&Sill 2001 dalam Safaria
2005,p.86-87).
4) Tahap keempat (integration)
Pada
tahap ini konseli sudah mulai dapat mengatasi krisis-krisis yang dieksplorasi
sebelumnya dan mulai mengintegrasikan keseluruhan diri (self), pengalaman dan
emosi-emosinya dalam perspektif yang
baru. Konseli telah mampu menerima ketidak pastian, kecemasan dan ketakutannya
serta menerima tanggung jawab atas kehidupannya sendiri.
5) Tahap kelima (ending)
Pada tahap ini konseli siap untuk memulai kehidupan
secara mandiri tanpa supervisi konselor.
TEKNIK- TEKNIK KONSELING :
a.
Eksperimen
b.
Memaknakan mimpi
c.
Bermain peran
d.
Melatih kepekaan terhadap pesan
tubuh
e.
Kelompok
f.
Permainan dialog
g.
Latihan saya bertanggung jawab
h.
Bermain proyeksi
i.
Tekhnik pembalikan
j.
Tetap dengan perasaan
k.
Urusan yang tak selesai
l.
“saya memiliki suatu rahasia”
m. Permainan ulangan
trimakasih atas perhatiannya. semoga bermanfaat dan barokah. salam dari zulfillaily :)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar